Sabtu, 06 November 2010

naskah drama 'KU PANGGGIL DIA MAMI'

Pemeran :
1. Asby Nia A : Anita (anak sulung)
2. Binsar Roland P : Pak Mananta (ayah)
3. Catherine Swasti : Bonita (anak ke 2)
4. Feradita A : Nurlela (ibu tiri)
5. Juli Sekar A : Canita (anak bungsu)



KU PANGGIL DIA ‘MAMI’

Di pinggiran kota antah berantah tinggallah keluarga Bapak Mananta beserta 3 anak perempuannya, Anita, Bonita dan Canita. Ketiga anaknya sangat baik dan sopan kepada semua orang. Tetapi sikap salah satuanaknya yang bernama Bonita berubah setelah Pak mananta menikah lagi. Bapak Mananta adalah seorang nahkoda, istrinya sudah lama meninggal, dan ia berjanji dengan anak-anaknya untuk tidak menikah dengan siapa pun. Tapi, Pak Mananta tidak menepati janjinya, ia akhirnya menikah dengan seorang perempuan dari pulau Seribu bernama Nurlela. Nurlela adalah wanita yang sangat baik hati dan lembut. Namun, kahdiran Nurlela tidak disulkai oleh Anita, terlabih Bonita. Bonita berubah menjadi anak yang tidak sopan dan suka membantah. Sampai pada suatu hari, Bonita pergi dari rumahnya karena tidak senang dengan kehadiran Nurlela di keluarganya. Tapi akhirnya Bonita sadar, dan mau menerima Nurlela sebagai ibunya.



alur cerita :

Mananta : “Halo anak-anak.....”
Canita : “Hah!!?? Papi sudah pulang....” (terkejut)
Bonita : “Papiiiiiiii......mana oleh-olehnya?”
Anita : “Horeee... Papi pulang, tapi mana Pi oleh-olehnya? Kok nggak bawa apa-apa?”
Mananta : “Iya, sabar.... oleh-olehnya memang belum Papi bawa. Papi mau bikin kejutan buat kalian.
Bonita : “Emang apa sih Pi oleh-olehnya? Pake kejutan-kejutan segala, biasanya nggak kaya gini deh, jangan-jangan Papi bohong.”
Anita : “Iya, biasanya kalo Papi bawain oleh-oleh nggak pake kejutan-kejutan segala.”
Canita : “Kak, kita harus sabar. Siapa tau aja oleh-olehnya emang bisa bikin terkejut.”
Mananta : “Bener kata Canita. Kalian harus sabar. Ini kejutan besar. Oh iya, tapi besok Papi harus pergi lagi, kalian jangan nakal ya.”
Canita : “Yaaaaa...... Papi, baru pulang sebentar besok udah pergi lagi.”
Mananta : “Katanya kalian pengen dapet oleh-oleh yang mengejutkan.”
Bonita : “Oooo..... jadi besok Papi mau ngambil oleh-olehnya ya?”
Mananta : “Iya dong...”
Anita : “Ya udah deh Pi, yang penting oleh-olehnya bagus.”
Mananta : “Jelas bagus dong.”

Keesokan harinya, Pak Mananta pun pergi, ia tidak lupa berpamitan dengan anak-anaknya.

Mananta : “Anak-anak..... Papi pergi dulu ya, kalian jaga diri baik-baik.”
Canita : “Hati-hati ya Pi...”
Mananta : “Anita, jaga adik-adikmu ya.....besok Papi pulang.”
Anita : “Sip deh Pi....”
A B C : “Daaaa..... Papi.....”

Pak Mananta pun pergi.... Dan, keesokan harinya, saat Anita, Bonita dan Canita sibuk sendiri-sendiri........
Mananta : “Anita, Bonita, Canita...... Papi sudah pulang.....”
Bonita : “Papi udah pulang? Canita, Kak Anita.... Papi pulang....”
Canita : “Mana? Yeeeeeee..... Papi pulang”
Anita : “Horreeeeee........”
Canita : “Mana Pi kejutannya?”
Mananta : “Tunggu sebentar..... Nurlela....” (memanggil Nurlela)
Bonita : “Hah?! Nurlela ? Apaan tuh?” (bingung)
Anita : “Aduh entah ya...”

Kemudian sesosok perempuan pun muncul dihadapan mereka bertiga.

Bonita : “Dia siapa Pi?”
Mananta : “Ini kejutan buat kalian.”
Anita : “Apa maksud Papi?”
Mananta : “Ini mami baru kalian.”
Nurlela : “Halo semua, nama Tante Nurlela, senang bertemu kalian semua.” (menyapa dengan ramah)
A B C : “Apa....???!!!!!!”
Canita : “Pi, Canita nggak ngerti maksud Papi.”
Mananta : “Sekarang Tante Nurlela yang gantiin jadi mami kalian.”
Anita : “Kapan Papi nikah sama dia?”
Mananta : “Kemarin Papi pergi buat ngelamar Nurlela”
Bonita : “Papi tega ya, mengkhianati mami.”
Mananta : “Ini juga demi kebaika kalian bertiga.”
Anita : “Kebaikan kita Pi? Kebaikan apa? Papi nikah sama perempuan ini aja nggak bilang sama kita bertiga.”
Bonita : “Pi, inget ya, pokoknya nggak ada satupun orang yang bisa gantiin posisi mami kita. Apalagi perempuan ini..!!!”
Mananta : “Bonita, jaga mulut kamu!!!”
Nurlela : “Sudahlah... jangan dimarahi.” (menenangkan Mananta)
Mananta : “Anak nggak punya sopan santun.”
Bonita : “Buat apa Bonita sopan sama dia? Emang dia tuh siapa? Bukan dia kan yang ngelahirin Bonita?”
Canita : “Kakak jangan gitu dong.”
Bonita : “Diam kamu...!!!! Anak kecil tau apa sih!!?”
Anita : “Bener apa kata Bonita Pi. Nggak ada yang bisa gantiin mami kandung kita.”

Anita dan Bonita pun pergi meninggalkan mereka....

Nurlela : “Anita, Bonita, kalian mau kemana?”
Bonita : “Halah...!!! nggak usah sok peduli...!!”
Anita : “Ayo Bon kita pergi. Cepetan....”
Mananta : “Dasar anak nggak sopan!!!
Canita : “Yang sabar ya Tante...”
Nurlela : “Iya...maksih ya, kamu udah mau terima Tante di sini.”
Mananta : “Mulai sekarang kamu panggil dia Mami. Tante Nurlela kan sudah jadi istri Papi.”
Canita : “Iya Pi..... eehhh... Mi.... kita ke kamar Canita yuk, Canita punya sesuatu buat Mami..”
Nurlela : “Okelah kalau begitu..”
Mananta : “Nah, begini kan enak. Ya sudah Papi mau mancing dulu ya.”

Nurlela dan Canita pergi ke kamar Canita, dan Mananta pun pergi memancing. Tiba-tiba, Anita dan Bonita menghampiri Canita dan Nurlela...

Anita : “Oh, jadi gini ya...”
Nurlela : “Eh, ada Anita sama Bonita.. ayo sini gabung.”
Canita : “Iya Kak, ayo...”
Bonita : “Nggak perlu. Saya cuma mau ngomong sama Canita. Canita, sini kamu, ikut kita.”
Canita : “Mau kemana sih Kak?”
Anita : “Udah...nggak usah banyak tanya.”

Nurlela ditinggal sendiri di kamar. Dan di tempat lain.....

Bonita : “Bagus ya Can kelakuan kamu sekarang.”
Canita : “Apa si maksud Kakak?”
Anita : “Kamu jangan pura-pura nggak ngerti deh Can. Kamu juga mau ikut-ikutan mengkhianati almarhum mami?!”
Canita : “Canita nggak kaya gitu...”
Bonita : “Halah!! Kamu seneng kan punya mami baru? Terus kamu sengaja mau ngelupain mami kita. Kamu sama Papi tuh sama aja!”
Canita : “Terserah apa kata kalian. Canita cuma pengen berbuat baik aja kok, tante Nurlela juga baik orangnya.” (menangis)
Bonita : “Ya udah, selamat bersenang-senang dengan mami baru kamu!”
Bonita pergi meninggalkan Canita yang sedang menangis, sedangkan Anita tetap bersama Canita untuk membuat Canita berhenti menangis.

Canita : “Kak, kenapa sih kok Kak Bonita jadi berubah? Sebelumnya dia nggak pernah kaya gini, tapi sekarang kok jadi begitu?”
Anita : “Mungkin Bonita belum bisa menerima kehadiran Tante Nurlela di rumah ini.”
Canita : “Tapi kenapa? Tante Nurlela kan baik Kak. Dia nggak salah apa-apa.”
Anita : “Ya sudah, jangan menangis lagi ya. Ayo kita ke kamar.”
Canita : “Kan di kamar ada Tante Nurlela Kak. Kakak kan juga benci sama dia.”
Anita : “Setelah Kakak pikir, bener apa yang kamu bilang. Nurlela nggak salah, sekarang Kakak mau minta maaf sama dia.”
Canita : “Ayo Kak, kita temui Tante Nurlela.”
Canita dan Anita pergi ke kamar untuk menemui Nurlela. Bonita mengintip mereka dari balik pintu, untuk mengetahui apa yang ingin mereka lakukan.

Canita : “Tante.... eh, Mami.”
Nurlela :“Iya, ada apa?”
Anita : “Anita mau minta maaf sama Tante. maafin Anita ya Tante, Anita udah bersikap kurang ajar sama Tante, Anita janji nggak bakalan ngulangin lagi.”
Nurlela : “Iya....nggak apa-apa kok. Maafin Tante juga ya, kalo kehadiran Tante buat kalian sakit hati.”
Anita : “Awalnya si...Anita nggak suka sama Tante, tapi setelah Anita pikir-pikir lagi, nggak seharusnya Anita bersikap begini sama Tante.”
Nurlela : “Ya, yang sudah berlalu, biarlah berlalu, nggak usah di ungkit-ungkit lagi.”
Anita : “Makasih ya Tante.... Tante, maafin Bonita juga ya.”
Nurlela : “Tante sudah memaafkannya.”
Anita : “Tante memang baik.”
Nurlela : “Ow, iya, sekarang dia dimana?”
Anita : “Anita juga nggak liat dia, terakhir liat dia waktu kami bertiga ngobrol.”

Setelah Bonita mengintip dan menguping pembicaraan mereka, Bonita pun naik darah dan ia semakin membenci Nurlela.

Bonita : “Dasar perempuan penjilat..!!!! Pake pelet apa sih dia? Kok semua orang jadi belain dia...!!!! nyebelin banget sih. Udah nggak ada yang mau belain aku, semenjak Nurlela dateng, nggak ada lagi orang yang peduli dan sayang sama aku.... ini semua nggak adiiiiiiilllllllllllllll...................!!!!!!!!!”

Bonita berniat untuk pergi dari rumah, ia pun memberesi semua barang-barangnya.

Bonita : “Sekarang udah nggak ada yang sayang dan peduli sama aku. Ngapain juga aku tinggal di sini? Tinggal serumah sama perempuan penjilat..!! lebih baik aku minggat aja dari sini..!!!”

Ketika Bonita akan kabur, Nurlela memergokinya.....

Nurlela : “Bonita, kamu mau kemana?”
Bonita : “Bukan urusanmu...!!!”
Nurlela : “Bonita, kamu jangan begitu, itu tidak baik. Nanti Papi, adik dan kakakmu khawatir.”
Bonita : “Udah lah... nggak usah sok peduli...”

Tiba-tiba, Mananta pun datng, ia baru saja pulang dari memancing

Mananta : “Ada apa ini?”
Bonita : “Bukan urusan Papi.”
Mananta : “Bonita, sejak kapan kamu berubah jadi seperti ini? siapa yang ngajarin kamu buat nggak sopan sama orang tua?”
Bonita : “Udah deh Pi, sekarang Bonita mau minggat!! Udah nggak ada yang peduli dan sayang lagi sama Bonita.”

Anita dan Canita pun datang...
Anita : “Bon, kamu mau kemana? Kok bawa banyak barang?”
Canita : “Iya Kak, Kakak mau kemana?”
Bonita : “MINGGAT...!!!”
Mananta : “Bonita, apa maksud kamu?!”
Nurlela : “Sudah, jangan dimarahi lagi. Ya sudah, sekarang saya akan memberesi semua barang-barang saya, dan pergi dari sini.”
Mananta : “Nurlela, apa maksudmu?”
Nurlela : “Kahadiran saya disini hanya bisa membuat kacau, daripada Bonita yang pergi, lebih baik saya yang pergi dari sini.”
Bonita : “Sekarang Papi pilih Bonita yang minggat dari sini, atau perempuan ini?”
Mananta : “Jangan main-main kamu Bonita!”
Bonita : “Bonita nggak main-main Pi, Bonita serius!”
Canita : “Kak jangan pergi, jangan tinggalin Canita.”
Anita : “Pokoknya kalian berdua nggak ada yang boleh pergi.”
Bonita : “Ya udah, sekarang Bonita mau pergi.”
Mananta : “Bonita!! Sekali kamu menginjakkan kakimu keluar, jangan harap kamu bisa kembali lagi kesini!!”
Bonita : “Oke, kalau itu mau Papi!”
Nurlela : “Bonita, jangan pergi...... Tante mohon, kamu jangan pergi.” (mengejar Bonita)
Canita : “Kakak, jangan pergi...”
Anita : “Bonita, jangan tinggalin kami...”

Setelah beberapa hari Bonita pergi, semua merasa sedih....
Canita : “Gimana ya nanti kalo kak Bonita kelaparan, kehujanan, dan ada orang yang jahat sama dia?”
Nurlela : “Iya, keadaan di luar sangat berbahaya. Tega sekaki Papi berbuat seperti itu pada Bonita.”
Mananta : “Biar saja. Biar Bonita tahu sopan santun. Nanti juga kalau dia merasa lapar, dia akan kembali lagi.”
Nurlela : “Tapi, nggak seharusnya Papi sekeras itu pada Bonita. Bonita tidak sepanuhnya salah, ini semua salah Mami.”
Mananta : “Sekali-sekali dia harus diberi pelajaran.”
Anita : “Tapi kan kasihan Pi... gimana nanti kalo dia dijambret, diculik, terus dia di ganggu sama preman-preman dan di suruh jadi gembel, pengemis, ngamen.?”
Nurlela : “Kalau begitu ayo sekarang kita cari Bonita.”
Canita : “Ayo.”
Anita : “oke, ayo cepetan Pi, mumpung belum jauh.”

Dan keadaan Bonita sekarang.......

Bonita : “Ternyata Papi tega ngusir aku demi perempuan itu....huhuhuhuuuu...... aku kan cuma pura-pura aja mau minggatnya. Emang udah nggak ada yang sayang dan peduli lagi sama aku... buktinya mereka nggak ada yang nyari aku.”

Nurlela, Mananta, Anita, dan Canita bingung mencari Bonita...

Nurlela : “Duh, dimana ya Bonita cepat sekali perginya.”
Canita : “Kak Bonita.... Kak Bonita dimana kamu?”
Anita : “Bonita.... dimana kamu? Ayo kita pulang.”
Nurlela : “Bonita, maafin Tante kalau udah buat kamu sebel... ini semua salah Tante.”
Mananta : “Maafin Papi Bonita, Papi nyesel ngelakuin ini semua sama kamu.”

Bonita tersesat di suatu tempat yang belum pernah ia kunjungi sebelumnya.

Bonita : “Aduh... dimana sih ini? tempatnya nggak jelas. Sepi lagi, nggak ada yang jual makanan, aku kan lapar.”
Bonita duduk dengan sedih sambil menahan lapar, di emperan toko yang sudah tidak dipakai lagi.

Bonita : “Coba aja aku nggak ngelakuin ini, pasti kejadiannya nggak bakal kaya gini. Ini semua gara-gara Nurlela. Aaarrrrrrhhhhhhhggggg......sebeeeeellll....!!!!”
Ketika Bonita sedang duduk termenung, tiba-tiba.........

Canita : “Itu kok kaya Kak Bonita ya?” (mencoba mendekati) “Tapi apa iya itu Kak Bonita? Kok penampilannya acak-acakan gitu?”

Dengan penuh penasaran, Canita pun terus mendekat, Canita mecoba menyapanya
Canita : “Permisi......”
Bonita : “Buk... jangan usir saya Buk, saya mohon, saya cuma numpang berteduh aja kok. Tolong jangan usir saya.”
Canita : “Maaf mbak, saya bukan mau ngusir, saya cuma mau tanya.”

Bonita akhirnya menoleh......
Bonita : “Iya, mau tanya apa?”
Canita : “Kak Bonita..!!!” (terkejut)
Bonita : “Canita..!!!” (terharu)
Canita : “Kakak nggak apa-apa kan? Nggak ada orang jahat yang ganggu Kakak kan?”
Bonita : “Iya, Kakak nggak apa-apa kok.”
Canita : “Ayo kita pulang Kak.”

Tiba-tiba Nurlela datang...
Nurlela : “Canita, ayo kita pulang, kita lanjutkan besok lagi.”
Canita : “Mami... sini dulu Mi, Kak Bonita udah ketemu.”
Nurlela : “Syukurlah... ya sudah Mami panggil yang lainnya dulu.”

Nurlela memanggil Mananta dan Anita..
Nurlela : “Papi... Anita......... Bonita sudah ketemu.”
Anita : “Benarkah?”
Mananta : “Syukurlah... akhirnya ketemu juga.”
Nurlela : “Bonita? Kamu nggak apa-apa kan? Ya ampun... kamu keliatan tambah kurus. Kamu tidur dimana kemarin? Terus kamu makan apa?” (khawatir)
Anita : “Iya Bon, nggak ada orang yang jahat sama kamu kan?”
Mananta : “Maafin Papi ya Bonita, Papi udah kasar sama kamu. Jangan lagi kamu begini ya Bon.”
Bonita : “Bonita pikir, udah nggak ada yang sayang sama Bonita lagi, makanya Bonita nekat ngelakuin ini semua. Maafin Bonita.”
Nurlela : “Semua sayang kamu Bon. Kalau kehadiran Tante sudah membuatmu tidak nyaman, Tante akan pulang ke kampung halaman Tante.”
Canita : “Mami ngomong apa sih?”
Mananta : “Iya, jangan bercanda kamu.”
Bonita : “Tante nggak perlu ngelakuin itu. Maafin Bonita ya Mi. “ (memeluk Nurlela)
Nurlela : “Kamu bilang apa tadi? Coba bilang sekali lagi.”
Bonita : “Maafin Bonita ya Mi.”
Nurlela : “Kamu panggil Tante ‘Mami’?”
Bonita : “Kalo Mami nggak setuju Bonita panggil ‘Mami’ Bonita panggil Tante aja.”
Nurlela : “Mami seneng banget kamu panggil ‘Mami’.”
Anita : “Mulai sekarang, Anita juga mau panggil ‘Mami’.”
Canita : “Horee..... akhirnya kita semua jadi satu keluarga.”
Mananta : “Nah, kalau gini kan enak.”
Canita : “Ya udah... ayo cepet pulang, kasihan Kak Bonita udah kelaparan.”
Nurlela : “Oh...iya... ayo.”
Anita : “Duh, kasihannya yang kelaparan. Awas kamu kalo minggat lagi, Kakak nggak mau jadi Kakak kamu lagi.”
Bonita : “Iya deeehhh...hehehe....”
Mananta : “Ayo pulaaang.....”

Akhirnya Bonita sadar dan bisa menerima kehadiran Nurlela. Mereka kini menjadi keluarga yang harmonis dan bahagia.

Tidak ada komentar: